Kisah seorang mantan tentara yang melarikan diri dari Rusia membawa cerita mengejutkan tentang Rahasia Tentara Nuklir Rusia. Anton (bukan nama sebenarnya), yang sebelumnya bertugas di pangkalan senjata nuklir Rusia, mengungkapkan detail mengejutkan mengenai kesiapan tempur nuklir Rusia selama invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Anton mengungkapkan bahwa pada hari pertama invasi, pangkalan nuklir tempat ia bertugas dinaikkan statusnya ke siaga penuh. “Sebelumnya, kami hanya menjalani latihan. Tapi pada hari perang dimulai, senjata-senjata nuklir sudah sepenuhnya siap,” ujarnya. Pernyataan Anton ini mencerminkan ketegangan tinggi di balik layar militer Rusia yang jarang terungkap ke publik.
Sebagai bagian dari Rahasia Tentara Nuklir Rusia, Anton menggambarkan kehidupan tertutup di pangkalan tersebut. Ia menjelaskan bahwa para tentara dipilih melalui proses seleksi ketat. “Tidak ada wajib militer di sini. Semua prajurit adalah profesional,” ungkapnya. Anton juga menambahkan bahwa tentara harus menjalani tes kebohongan secara rutin dan diawasi secara ketat.
Keamanan di pangkalan tersebut begitu tinggi hingga kunjungan keluarga pun memerlukan izin dari dinas keamanan FSB tiga bulan sebelumnya. “Kami tidak boleh membawa ponsel ke dalam pangkalan. Kehidupan di sana sangat terisolasi,” katanya.
Kesiapan Operasional Senjata Nuklir Rusia
Dalam kesaksiannya, Anton menolak pandangan yang menyebutkan bahwa arsenal nuklir Rusia sudah usang. Menurutnya, Rahasia Tentara Nuklir Rusia mencakup pemeliharaan senjata yang terus dilakukan tanpa henti. “Senjata nuklir kami sepenuhnya siap dan operasional. Tidak ada satu menit pun di mana pemeliharaan dihentikan,” tegas Anton.
Rusia memiliki sekitar 4.380 hulu ledak nuklir operasional, di mana 1.700 di antaranya siap digunakan. Meski demikian, Anton menegaskan bahwa ancaman senjata taktis, yang lebih kecil dan mudah dikerahkan, tetap menjadi momok besar di tengah perang Ukraina.
Konflik Moral: Perintah Propaganda Perang
Salah satu momen yang mendorong Anton untuk melarikan diri adalah saat ia diperintahkan memberikan ceramah propaganda kepada pasukannya. “Saya diminta mengatakan bahwa warga sipil Ukraina adalah kombatan dan harus dimusnahkan. Itu adalah kejahatan perang, dan saya menolak,” ujar Anton.
Penolakannya membawa konsekuensi besar. Ia dipindahkan ke brigade serang reguler, yang sering dijadikan gelombang pertama dalam pertempuran. Hal ini membuat Anton merasa hidupnya dipertaruhkan sebagai “umpan meriam”.
Pelarian dari Kehidupan Militer
Setelah dipindahkan ke unit biasa, Anton memutuskan untuk melarikan diri dengan bantuan organisasi sukarelawan yang membantu para desertir. Namun, ia menyadari bahwa melarikan diri dari pangkalan nuklir akan memicu reaksi keras dari FSB. “Karena saya sudah dipindahkan, sistem pengawasan gagal menangkap pelarian saya,” katanya.
Kini, Anton tinggal di lokasi rahasia di luar Rusia. Meski begitu, ancaman terhadap nyawanya tetap ada. “Saya tahu semakin banyak saya membantu tentara lain untuk melarikan diri, semakin tinggi kemungkinan saya diburu,” katanya.
Pembaruan Doktrin Nuklir Rusia
Anton juga menyoroti perubahan doktrin nuklir Rusia baru-baru ini sebagai bagian dari Rahasia Tentara Nuklir Rusia. Perubahan ini memungkinkan Rusia meluncurkan serangan nuklir jika diserang oleh negara non-nuklir yang didukung negara bersenjata nuklir. Langkah ini disebut Kremlin sebagai upaya untuk menghilangkan kemungkinan kekalahan Rusia di medan perang.
Namun, para pengamat Barat meragukan kesiapan arsenal Rusia, dengan beberapa menyebutkan senjata mereka sudah ketinggalan zaman. Anton membantah klaim ini, menegaskan bahwa Rusia memiliki kekuatan nuklir yang signifikan dan siap digunakan.
Organisasi Dukungan untuk Desertir
Anton bekerja sama dengan organisasi “Idite Lesom”, yang membantu tentara Rusia melarikan diri dari tugas militer. Organisasi ini melaporkan peningkatan jumlah desertir hingga 350 orang per bulan. Meski begitu, risiko bagi mereka yang melarikan diri sangat tinggi, termasuk kemungkinan dipulangkan paksa dan diadili.
Anton sendiri mengambil langkah-langkah ekstrem untuk menjaga keamanannya. Ia berhenti berkomunikasi dengan teman-temannya di pangkalan nuklir untuk melindungi mereka dari penyelidikan. “Mereka harus menjalani tes kebohongan, dan kontak dengan saya bisa memicu kasus kriminal,” ujarnya.
Kisah Anton memberikan wawasan mendalam tentang Rahasia Tentara Nuklir Rusia dan kehidupan tertutup di pangkalan senjata nuklir. Pengakuannya mengungkapkan tidak hanya kesiapan militer Rusia, tetapi juga konflik moral yang dihadapi oleh tentara-tentara yang menentang perang.
Meski telah meninggalkan Rusia, Anton terus hidup dalam bayang-bayang ancaman. Namun, ia tetap berkomitmen untuk membantu tentara lain yang ingin melarikan diri. Kisah ini menjadi pengingat bahwa di balik kekuatan militer sebuah negara, terdapat manusia dengan perjuangan moral dan kehidupan yang kompleks.