Israel sedang membangun garis pemisah baru di Gaza yang bertujuan untuk memisahkan wilayah utara dari bagian lain jalur tersebut. Langkah ini terungkap melalui citra satelit yang menunjukkan pola penghancuran bangunan dan pengosongan lahan secara sistematis sejak Oktober. Dengan area sepanjang 9 kilometer dari Laut Mediterania hingga perbatasan Israel, garis ini memperjelas upaya Israel untuk meningkatkan kontrol di wilayah tersebut.
Namun, pembangunan ini memunculkan pertanyaan besar, baik tentang tujuan strategis Israel maupun dampak jangka panjang bagi lebih dari 100.000 warga Palestina yang telah dipaksa mengungsi dari rumah mereka.
Pembangunan dan Struktur Garis Pemisah Baru di Gaza
Citra satelit menunjukkan adanya pengosongan lahan besar-besaran yang dilakukan melalui ledakan terkendali di sejumlah wilayah. Ratusan bangunan telah dihancurkan, menghubungkan jalan-jalan utama yang ada dengan jalur baru untuk membentuk garis pemisah utara. Jalur ini membentang melewati Gaza City, Jabalia, Beit Hanoun, dan Beit Lahia.
Militer Israel (IDF) menyatakan bahwa tindakan ini ditujukan untuk menargetkan infrastruktur Hamas dan kelompok lainnya di wilayah tersebut. Namun, banyak analis melihat langkah ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk mengendalikan pergerakan orang dan barang di Gaza.
Dr. H A Hellyer, seorang ahli keamanan Timur Tengah, menyebut bahwa garis pemisah ini dapat menjadi alat untuk mencegah kembalinya warga sipil ke wilayah utara Gaza. Fakta bahwa kendaraan militer Israel yang kurang terlindungi seperti Humvee digunakan di wilayah tersebut menunjukkan tingkat kontrol militer yang signifikan.
Langkah ini mencerminkan pola yang serupa dengan pembangunan koridor militer sebelumnya, seperti Koridor Netzarim di selatan Gaza City dan Koridor Philadelphi yang mengontrol perbatasan Gaza-Mesir.
Kekhawatiran tentang Nasib Warga Palestina
Sejak pembangunan garis pemisah baru dimulai, lebih dari 90% wilayah utara Gaza telah dievakuasi berdasarkan perintah dari Israel. Sekitar 65.000 warga Palestina dilaporkan masih bertahan di wilayah tersebut, menghadapi kekurangan pasokan makanan, air, dan layanan kesehatan.
PBB memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan di wilayah tersebut mendekati titik kritis. Famine atau kelaparan masal menjadi ancaman nyata, terutama karena bantuan kemanusiaan hampir tidak bisa mencapai wilayah utara Gaza selama lebih dari satu bulan.
Meskipun Israel mengklaim bahwa warga sipil akan diizinkan kembali setelah perang berakhir, banyak pihak yang skeptis. Analisis dari beberapa ahli menunjukkan kemungkinan pemindahan permanen warga sipil dan pembangunan permukiman baru di wilayah tersebut.
Implikasi Strategis Jangka Panjang
Para analis mempertanyakan apakah garis pemisah baru ini hanya bersifat sementara atau merupakan bagian dari rencana permanen Israel. Dr. Hellyer berspekulasi bahwa langkah ini mungkin menjadi awal dari pendirian permukiman Yahudi baru di wilayah utara Gaza, meskipun pemerintah Israel membantah klaim tersebut.
Langkah ini juga sejalan dengan strategi militer untuk memisahkan wilayah Gaza menjadi zona-zona yang lebih kecil. Dengan membagi wilayah, militer Israel dapat memusatkan serangan terhadap Hamas tanpa gangguan dari pasukan di wilayah lain.
Namun, kritik terhadap langkah ini terus bermunculan. Banyak yang menilai bahwa strategi ini menambah penderitaan warga sipil, memicu krisis kemanusiaan yang lebih parah, dan semakin memperumit jalan menuju resolusi damai.
Pembangunan garis pemisah baru di Gaza oleh Israel menandai babak baru dalam konflik yang telah berlangsung lama. Sementara Israel mengklaim bahwa langkah ini diperlukan untuk tujuan keamanan, dampaknya terhadap warga sipil Palestina tidak dapat diabaikan.
Situasi kemanusiaan yang semakin memburuk menuntut perhatian dunia internasional. Langkah-langkah untuk memastikan akses bantuan kemanusiaan dan perlindungan warga sipil harus menjadi prioritas utama.
Keberadaan garis pemisah ini memunculkan pertanyaan besar tentang masa depan Gaza. Apakah ini hanya strategi militer sementara, atau langkah awal menuju pengubahan demografi dan geopolitik wilayah tersebut? Jawaban atas pertanyaan ini akan sangat bergantung pada perkembangan konflik dan tekanan dari komunitas internasional.