AS veto resolusi gencatan senjata Gaza di Dewan Keamanan PBB kembali menyorot perhatian dunia terhadap konflik yang sedang berlangsung. Keputusan ini menjadi veto keempat yang dilakukan oleh Amerika Serikat selama konflik terbaru antara Israel dan Hamas. Sebanyak 14 dari 15 anggota Dewan Keamanan mendukung rancangan resolusi yang menyerukan penghentian perang di Gaza secara langsung, tanpa syarat, dan permanen. Namun, veto AS mencegah resolusi tersebut diadopsi.
Menurut Robert Wood, Wakil Duta Besar AS untuk PBB, dokumen tersebut tidak mencakup kaitan penting antara gencatan senjata dan pembebasan para sandera. Langkah ini menuai kritik tajam dari sejumlah negara, termasuk Prancis, yang menyatakan penyesalan mendalam terhadap keputusan AS. Di sisi lain, Israel memuji veto tersebut, dengan menyebut resolusi ini tidak membawa perdamaian, melainkan membuka jalan untuk teror dan penderitaan lebih lanjut.
Mengapa AS Veto Resolusi Gencatan Senjata Gaza?
1. Alasan Strategis AS
AS veto resolusi gencatan senjata Gaza dengan alasan bahwa resolusi ini tidak menghubungkan penghentian perang dengan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas. Bagi Washington, menegosiasikan gencatan senjata tanpa memastikan pembebasan sandera akan memberikan keuntungan strategis bagi Hamas. Hal ini dianggap dapat memperburuk situasi dan melemahkan upaya diplomatik lebih lanjut.
2. Perlindungan untuk Sekutu Utama
Israel adalah sekutu utama AS di Timur Tengah. Keputusan untuk menggunakan hak veto mencerminkan komitmen Washington untuk melindungi kepentingan Israel di tengah meningkatnya tekanan global terhadap kebijakan militer negara tersebut di Gaza. Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, bahkan menyebut veto ini sebagai langkah yang adil untuk mencegah terorisme lebih lanjut.
3. Kritik terhadap Keputusan AS
Meskipun AS memiliki alasan strategis, keputusan ini memicu kecaman luas. Duta Besar Tiongkok untuk PBB mempertanyakan nilai nyawa warga Palestina dan menilai veto tersebut sebagai pengabaian terhadap penderitaan manusia. Prancis dan Inggris juga menyatakan keprihatinan mendalam, menyerukan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional di tengah meningkatnya krisis kemanusiaan di Gaza.
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Fakta yang Mengkhawatirkan
1. Situasi Warga Palestina di Gaza
Menurut laporan PBB, kondisi warga Palestina di Gaza semakin kritis, dengan akses bantuan kemanusiaan hampir terhenti selama lebih dari 40 hari. Persediaan makanan, air, dan obat-obatan menipis, sementara risiko kelaparan meningkat. Sebuah penilaian terbaru PBB menyebutkan bahwa kelaparan mungkin menjadi ancaman serius di wilayah utara Gaza.
2. Dampak Serangan Militer Israel
AS veto resolusi gencatan senjata Gaza juga datang di tengah serangan militer Israel yang berlangsung selama enam minggu terakhir. Israel menyatakan bahwa operasi ini menargetkan anggota Hamas, sementara mereka juga berupaya mengevakuasi warga sipil dan memberikan pasokan ke rumah sakit. Namun, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, lebih dari 43.920 warga Gaza telah tewas sejak konflik dimulai.
3. Tanggapan Human Rights Watch
Organisasi seperti Human Rights Watch menuduh AS menggunakan hak veto untuk melindungi Israel dari akuntabilitas atas dugaan kejahatan perang. Louis Charbonneau, Direktur HRW untuk PBB, menyebut veto ini sebagai cara untuk memastikan impunitas bagi tindakan Israel di Gaza.
Respons Global terhadap Veto AS
1. Kritik dari Negara-Negara Dewan Keamanan
Prancis menyatakan bahwa veto AS sangat disayangkan karena resolusi ini juga menyerukan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional. Inggris, meskipun tidak secara langsung mengkritik AS, menekankan perlunya segera menghentikan perang dan meringankan penderitaan di Gaza.
2. Reaksi Hamas
Hamas menuduh AS bertanggung jawab langsung atas apa yang mereka sebut sebagai “perang genosida” Israel terhadap warga Gaza. Tuduhan ini mencerminkan semakin dalamnya ketegangan antara AS, Hamas, dan pendukung hak-hak Palestina.
3. Pandangan Tiongkok dan Rusia
Tiongkok dan Rusia menyoroti bahwa veto ini menunjukkan ketidakseimbangan dalam tanggapan global terhadap konflik Gaza. Kedua negara ini juga menekankan pentingnya pendekatan yang adil dan netral dalam menyelesaikan konflik.
Keputusan AS veto resolusi gencatan senjata Gaza menggarisbawahi kompleksitas diplomasi internasional dalam menangani konflik Palestina-Israel. Langkah ini mencerminkan hubungan erat antara Washington dan Tel Aviv, tetapi juga memperlihatkan ketegangan dengan komunitas internasional yang mendukung penghentian perang dan penghormatan terhadap hukum humaniter.
Namun, veto AS tidak hanya melindungi kepentingan strategis Israel tetapi juga mempertegas perpecahan dalam Dewan Keamanan PBB. Di tengah penderitaan kemanusiaan yang semakin memburuk, keputusan ini memicu pertanyaan tentang komitmen global terhadap keadilan dan perdamaian. Jika solusi yang adil tidak segera ditemukan, konflik ini berisiko menjadi lebih kompleks dan berlarut-larut.