Kasus Alwin Jabarti Kiemas ditangkap membuat publik terkejut. Sosok yang dikenal sebagai pengusaha sukses di bidang digital kini terseret dalam dugaan penyalahgunaan wewenang terkait pemblokiran situs judi online. Polisi mengonfirmasi perannya dalam memverifikasi situs judi agar tidak terblokir, menempatkannya di tengah skandal besar.
Berbagai spekulasi muncul, terutama karena nama Alwin Jabarti Kiemas dikaitkan dengan tokoh politik besar. Benarkah ia memiliki hubungan dengan Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri? Artikel ini akan membahas kronologi penangkapan Alwin, perannya dalam kasus ini, hingga bantahan atas klaim hubungan keluarganya dengan Megawati.
Kronologi Kasus Alwin Jabarti Kiemas Ditangkap
Penangkapan Alwin Jabarti Kiemas ditangkap dilakukan oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya pada November 2024. Berdasarkan keterangan Kombes Wira Satya Triputra, Alwin berperan dalam memfilter atau memverifikasi situs judi online agar tetap aktif meski melanggar aturan.
Alwin tidak bekerja sendiri. Ia diduga bekerja sama dengan dua tersangka lainnya, M alias A dan AK. Kapolda Metro Jaya, Irjen Karyoto, menjelaskan bahwa ketiganya terlibat dalam jaringan besar yang melibatkan 24 tersangka lain, termasuk sembilan pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
“Peran Alwin Jabarti Kiemas sangat krusial dalam memastikan situs judi online tetap berjalan. Hal ini dilakukan melalui manipulasi sistem pemblokiran,” ujar Irjen Karyoto.
Alwin Jabarti Kiemas Ditangkap dan Dituduh Penyalahgunaan Wewenang
Ketika kabar Alwin Jabarti Kiemas ditangkap mencuat, polisi mengungkap sejumlah pasal yang menjeratnya. Alwin dijerat Pasal 303 KUHP tentang perjudian, Pasal 27 Ayat (2) UU ITE, serta Pasal 3, 4, dan 5 UU Pencucian Uang. Jika terbukti bersalah, ia terancam hukuman berat.
Polisi juga menyebutkan bahwa Alwin terlibat langsung dalam koordinasi dengan jaringan pelaku lain untuk memastikan kelancaran operasional situs judi online. Penyalahgunaan wewenang ini dilakukan dengan memanfaatkan posisinya untuk memengaruhi proses verifikasi situs.
Spekulasi Hubungan Keluarga dengan Megawati
Salah satu isu yang menyertai kasus ini adalah klaim bahwa Alwin Jabarti Kiemas ditangkap sebagai keponakan Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri. Kabar ini pertama kali dihembuskan oleh akun media sosial X @PartaiSocmed, yang menyebutkan bahwa Alwin adalah keluarga besar Megawati.
Namun, klaim ini dibantah tegas oleh Ketua DPP PDIP Bidang Hukum Nasional, Ronny Talapessy. “Yang bersangkutan bukan keluarga Megawati Soekarnoputri, apalagi kader PDI Perjuangan,” ungkap Ronny.
PDIP bahkan mencurigai penyebaran kabar ini sebagai upaya politisasi hukum, mengingat kasus ini diungkap pada masa tenang Pilkada 2024. “Kami akan melaporkan pihak yang menyebarkan informasi palsu ini ke kepolisian,” tegas Ronny.
Profil Singkat Alwin Jabarti Kiemas
Sebelum kasus Alwin Jabarti Kiemas ditangkap mencuat, ia dikenal sebagai pengusaha sukses di bidang digital. Ia merupakan pendiri sekaligus CEO PT Djelas Tandatangan Bersama, atau lebih dikenal sebagai TekenAja, yang menawarkan layanan tanda tangan digital.
Karier Alwin dimulai di dunia perbankan. Pada 2007, ia bergabung dengan HSBC sebagai asisten manajer divisi kartu kredit. Setahun kemudian, ia pindah ke Citibank dan menjabat sebagai vice president di bidang risiko keuangan selama delapan tahun.
Setelah meninggalkan dunia perbankan, Alwin mendirikan beberapa perusahaan berbasis digital, seperti BalitaKita.com pada 2014 dan PT Veri Jelas pada 2019. Perusahaan terakhirnya, TekenAja, telah bekerja sama dengan berbagai lembaga pemerintah dan BUMN, termasuk Direktorat Jenderal Pajak dan Telkomsigma.
Kontroversi Politisasi Kasus Alwin Jabarti Kiemas Ditangkap
Kasus Alwin Jabarti Kiemas ditangkap tidak lepas dari kontroversi politisasi hukum. Juru Bicara PDIP, Chico Hakim, menyoroti waktu pengungkapan kasus ini yang bertepatan dengan masa tenang Pilkada.
“Pengungkapan kasus ini terkesan disengaja untuk mendiskreditkan pihak tertentu. Kami meminta aparat penegak hukum untuk bersikap netral dan tidak menggunakan kasus ini untuk kepentingan politik,” ujar Chico.
Di sisi lain, masyarakat menuntut transparansi dari Komdigi terkait keterlibatan pegawainya dalam jaringan ini. Kepercayaan publik terhadap lembaga pemerintah dipertaruhkan, terutama setelah sembilan pegawai Komdigi ditetapkan sebagai tersangka.
Dampak Kasus Alwin Jabarti Kiemas Ditangkap
Kasus Alwin Jabarti Kiemas ditangkap menunjukkan bagaimana penyalahgunaan wewenang dapat merusak integritas lembaga dan individu yang terlibat. Penangkapan ini menjadi pengingat pentingnya pengawasan ketat dalam sistem digital, terutama di era teknologi yang semakin berkembang.
Skandal ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang transparansi lembaga pemerintah dan pentingnya penegakan hukum yang adil dan tidak berpihak.
Kasus Alwin Jabarti Kiemas ditangkap membuka mata publik terhadap potensi penyalahgunaan kekuasaan di dunia digital. Meski dikenal sebagai pengusaha sukses, keterlibatan Alwin dalam jaringan judi online menodai reputasinya dan mengancam masa depannya.
Dalam proses hukum yang sedang berlangsung, diharapkan aparat penegak hukum dapat menjalankan tugasnya dengan transparansi dan keadilan. Kasus ini juga menjadi pengingat bahwa integritas dan akuntabilitas harus menjadi prioritas utama, baik di sektor pemerintah maupun bisnis.