Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, terus mengeksplorasi berbagai solusi untuk mengakhiri konflik berkepanjangan dengan Rusia. Dalam wawancara terbaru dengan Sky News, ia mengusulkan agar wilayah Ukraina yang tidak diduduki Rusia diberikan Keanggotaan NATO untuk Ukraina. Langkah ini diharapkan dapat menghentikan fase “panas” dari perang yang telah berlangsung lebih dari dua tahun.
Zelensky menyatakan bahwa ia siap menerima tawaran tersebut jika NATO memberikan keanggotaan kepada seluruh Ukraina sesuai batas-batas yang diakui secara internasional. Dengan keanggotaan ini, Ukraina dapat mencoba merebut kembali wilayah yang diduduki Rusia melalui jalur diplomasi. Namun, usulan ini dianggap masih bersifat teoritis, karena belum ada tawaran resmi dari NATO.
Keanggotaan NATO: Langkah Strategis atau Risiko Baru?
Gagasan keanggotaan NATO untuk Ukraina membawa harapan besar tetapi juga menghadirkan tantangan yang signifikan. Zelensky menekankan bahwa NATO adalah satu-satunya organisasi yang dapat memberikan jaminan keamanan permanen bagi negaranya. Namun, tantangan geopolitik dan militer membuat skenario ini sulit terwujud.
Kebijakan NATO saat ini melarang keanggotaan bagi negara yang sedang berkonflik aktif. Hal ini bertujuan untuk menghindari risiko menyeret aliansi ke dalam perang. Selain itu, Rusia secara konsisten menolak ekspansi NATO di Eropa Timur, termasuk Ukraina. Vladimir Putin bahkan melihat NATO sebagai ancaman langsung terhadap kepentingan geopolitiknya.
Namun, Zelensky percaya bahwa keanggotaan NATO akan memberikan Ukraina perlindungan jangka panjang dan mengakhiri ancaman invasi baru dari Rusia. Dalam konteks ini, keanggotaan NATO dianggap sebagai satu-satunya jaminan nyata untuk mengamankan kedaulatan Ukraina.
Dilema Wilayah yang Diduduki Rusia
Salah satu hambatan utama dalam keanggotaan NATO untuk Ukraina adalah status wilayah yang diduduki Rusia. Krimea, yang dianeksasi Rusia pada 2014, dan wilayah di Donbas, tetap menjadi titik konflik yang rumit. Zelensky menegaskan bahwa NATO harus memberikan keanggotaan untuk seluruh Ukraina, bukan hanya wilayah yang dikuasai Kyiv.
Namun, banyak pengamat menilai bahwa gagasan ini sulit diterima oleh Rusia. Hingga kini, Putin belum menunjukkan tanda-tanda akan melepaskan klaim atas wilayah Ukraina. Bahkan, Rusia terus memperkuat posisinya di wilayah yang diduduki dengan membangun infrastruktur militer dan meningkatkan kehadiran pasukannya.
Di sisi lain, beberapa pihak di Barat telah membahas model “Jerman Barat,” di mana keanggotaan NATO diberikan kepada bagian negara yang tidak diduduki. Namun, belum ada proposal resmi terkait model ini, sehingga peluangnya untuk diwujudkan masih sangat kecil.
Dukungan Internasional dan Tantangan Diplomatik
Keanggotaan NATO untuk Ukraina juga membutuhkan dukungan penuh dari sekutu Barat. Presiden terpilih AS, Donald Trump, telah berjanji untuk mengakhiri perang dalam waktu “24 jam” setelah menjabat. Namun, janji ini kemungkinan besar melibatkan kompromi besar bagi Ukraina, termasuk menyerahkan wilayah tertentu ke Rusia.
Sementara itu, Zelensky berharap perang dapat diakhiri secara diplomatik pada 2025, dengan syarat sekutu Ukraina menunjukkan tekad yang cukup. Dalam skenario terbaik, dukungan NATO dapat memberikan dorongan signifikan bagi Ukraina untuk mengamankan perdamaian jangka panjang.
Namun, tantangan terbesar tetap ada pada diplomasi internasional. Ukraina harus mampu meyakinkan NATO dan sekutu Barat lainnya bahwa keanggotaannya tidak hanya memberikan keuntungan strategis, tetapi juga membawa stabilitas bagi kawasan Eropa Timur.
Gagasan keanggotaan NATO untuk Ukraina mencerminkan upaya Zelensky untuk mengakhiri konflik dengan cara yang damai dan berkelanjutan. Namun, tantangan geopolitik, status wilayah yang diduduki, dan resistensi dari Rusia membuat gagasan ini sulit untuk diwujudkan dalam waktu dekat.
Meski begitu, usulan ini membuka peluang untuk dialog internasional yang lebih intensif dan konstruktif. Dengan dukungan sekutu Barat, Ukraina dapat terus memperjuangkan kedaulatannya dan mencari solusi damai yang menjamin masa depan yang aman bagi rakyatnya.