Puluhan orang tewas dalam serangan udara Israel di Gaza utara yang terjadi pada Kamis malam, menambah daftar panjang korban jiwa akibat konflik yang terus meningkat. Serangan ini menghantam beberapa rumah di dekat Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahia, tempat warga sipil yang mengungsi mencari perlindungan.
Menurut laporan paramedis dan media yang terafiliasi dengan Hamas, setidaknya 66 orang, termasuk wanita dan anak-anak, tewas dalam serangan tersebut. Di Sheikh Radwan, Gaza City, 22 orang lainnya dilaporkan tewas akibat serangan udara serupa. Militer Israel menyatakan bahwa serangan ini menargetkan infrastruktur Hamas, tetapi banyak warga sipil menjadi korban dalam prosesnya.
Kondisi Kritis di Beit Lahia
Beit Lahia telah menjadi salah satu wilayah yang paling terdampak oleh serangan udara Israel di Gaza utara. Foto-foto dari lokasi menunjukkan puing-puing bangunan dan kendaraan yang hancur, hanya beberapa meter dari Rumah Sakit Kamal Adwan. Dr. Hussam Abu Safiya, direktur rumah sakit, menggambarkan situasi tersebut sebagai “kekacauan total”.
“Banyak korban tiba di rumah sakit dalam kondisi yang sangat parah, bahkan beberapa sudah tidak dapat dikenali,” katanya. Dr. Abu Safiya juga menyoroti kurangnya pasokan medis, karena blokade Israel yang menghambat masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza utara.
Tindakan Militer Israel dan Respons Internasional
Militer Israel menyatakan bahwa serangan udara Israel di Gaza utara bertujuan untuk menghancurkan infrastruktur Hamas yang mereka klaim digunakan untuk melancarkan serangan ke wilayah Israel. Sebelum serangan, Israel mengaku telah memberikan peringatan kepada warga sipil untuk mengungsi dari zona konflik.
Namun, klaim ini mendapat kritikan dari berbagai organisasi hak asasi manusia. Laporan terbaru dari Human Rights Watch menuduh Israel melakukan kejahatan perang melalui pemindahan massal penduduk Gaza. Israel menolak tuduhan ini, menyebut laporan tersebut sebagai “tidak berdasar”.
Dampak pada Warga Sipil
Krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk akibat serangan udara Israel di Gaza utara. Menurut PBB, sekitar 75.000 orang di Beit Lahia, Jabalia, dan Beit Hanoun terjebak tanpa akses ke makanan, air, atau perawatan medis. Sementara itu, lebih dari 130.000 orang telah mengungsi dari Gaza utara dalam lima minggu terakhir.
Di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, 24 jenazah dari serangan udara lainnya diterima pada Kamis malam. Serangan ini tidak hanya menghancurkan infrastruktur, tetapi juga menciptakan trauma mendalam bagi warga sipil yang telah kehilangan rumah dan orang-orang tercinta.
Konflik yang Berkepanjangan
Israel meluncurkan kampanye militer ini sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel. Namun, sejak saat itu, serangan udara Israel di Gaza utara telah menyebabkan hampir 44.000 orang tewas dan lebih dari 104.000 lainnya terluka, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.
PBB melaporkan bahwa sekitar 90% populasi Gaza telah mengungsi, dengan sebagian besar wilayah berada di bawah perintah evakuasi dari Israel. Situasi ini menciptakan salah satu krisis pengungsi terbesar dalam beberapa dekade terakhir.
Kegagalan Resolusi Gencatan Senjata di PBB
Usaha internasional untuk menghentikan konflik ini menemui jalan buntu. Pada Rabu, Dewan Keamanan PBB gagal menyepakati resolusi gencatan senjata setelah Amerika Serikat memveto proposal yang diajukan. Resolusi tersebut menyerukan penghentian perang secara segera dan tanpa syarat.
Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood, mengatakan bahwa resolusi itu tidak cukup menekankan pentingnya pembebasan sandera yang ditahan Hamas. “Mengirim pesan yang salah kepada Hamas bukanlah pilihan,” tegasnya.
Serangan udara Israel di Gaza utara mencerminkan eskalasi konflik yang semakin tidak terkendali. Meskipun Israel mengklaim langkah-langkahnya bertujuan untuk melawan Hamas, dampaknya pada warga sipil sangat besar dan menghancurkan.
Tanpa upaya nyata untuk mencapai gencatan senjata dan solusi diplomatik, penderitaan rakyat Gaza akan terus berlanjut. Krisis ini membutuhkan perhatian dan tindakan segera dari komunitas internasional untuk mencegah dampak yang lebih luas di wilayah tersebut.